Monday, November 28, 2016

The Great Wall Review

The Great Wall



Film ini di sutradarai oleh Zang Yimou, familiar? Ya, beliau adalah sutradara untuk film House of Flying Dagger juga Curse of Golden Flower serta sederetan film lainnya. Saat memilih untuk nonton film ini, saya nggak berespektasi apapun. Pemilihanpun hanya berdasarkan "Oh, ada Matt Damon-nya." lalu saat melihat posternya ada Andy Lau di sana. "Hmm..interesting." Begitu kebesaran Great Wall di tampakan serta serangan awal terjadi, benak saya langsung melayang ke Battle of Helm's Deep di The Lord Of The Rings : Two Towers. Melihat kesigapan pasukan Great Wall, saya langsung teringat pasukan Elves yang dipimpin Haldir. Man, sudah 14 tahun yang lalu loh film itu dan baru kali ini menemukan film dengan sensasi yang sama. Kalau kalian ada rekomendasi film sejenis, komen aja di bawah nanti saya tonton.

Storyline Preview
Berawal dari perburuan "Black Powder" atau mesiu yang dilakukan William (Matt Damon) , kita diantarkan untuk masuk ke dalam The Great Wall, Tembok Besar Cina. William terjebak di antara tembok besar dan bangsa liar yang memburunya selama beberapa hari. Iapun memilih untuk menyerahkan diri pada pasukan tembok besar yang disebut The Nameless Order daripada mati konyol di tangan bangsa liar. 
The Nameless Order tertarik pada William ketika menemukan potongan tangan monster yang berhasil dikalahkan William sebelumnya. Monster yang dikenal dengan sebutan Tao Tei oleh bangsa Cina. Setiap 60 tahun sekali, Tao Tei akan menyerang bagian utara cina tapi bagaimana mengalahkannya selalu menjadi misteri. Setiap kali menyerang, jumlahnya semakin banyak dan mereka semakin cerdas. Kali ini, jika mereka tak berhasil menghadang serangan Tao Tei maka seluruh Cina daratan akan habis. 
William yang berprofesi sebagai mercenaries alias orang bayaran, dilanda kegalauan. Di satu sisi dia punya misi untuk membawa Black Powder kembali ke Eropa, tapi di sisi lain dia akhirnya menemukan tujuan hidupnya. Selama ini dia bertarung untuk uang, di Great Wall dia menemukan alasan yang lebih mulia, mempertahankan kelangsungan hidup banyak orang. Ketika Tovar (rekan William) bersiap untuk meninggalkan Great Wall dalam kehancuran dengan membawa Black Powder, William-pun harus memilih. Ikut dengan Tovar atau berperang melawan Tao Tei.

Plot
The Great Wall berkisah tentang kebesaran Tembok Besar Cina yang membentang lebih dari 1000km melingkupi Cina daratan. Narasi di awal film menjadi pengantar mindset penonton dan mulai membuat mengira-ngira jalan ceritanya. Film ini mengupas tentang epic battle yang terjadi di tembok ini. Seperti dalam narasi, "Some of the battle are great, but this is the legendary one." kira-kira begitu. Saya selalu tertarik dengan tema-teman yang demikian, good vs evil in the name of surviving. Persis seperti misi menghancurkan Sauron dalam Trilogi The Lord Of The Rings.
Filosofi kehadiran Tao Tei-pun menjadikan pertempuran di Great Wall menjadi lebih epic. Ini karena Tao Tei bukan sekedar monster. Menurut legendanya, Tao Tei adalah manifestasi dari keserakahan manusia. Jadi, pada zaman dahulu kala ketika Cina daratan dipenuhi manusia-manusia serakah dan kehidupan menjadi kacau balau, Tao Tei dikirimkan oleh Dewa untuk memusnahkan manusia. Setiap 60 tahun sekali, Tao Tei akan menyerang sebagai bentuk pengingat agar manusia tidak mengulang kesalahan yang sama. Alasan ini menjadikan perang melawan Tao Tei lebih mulia dari sekedar perang membasmi monster. The higher purpose-nya ada.
Plotnya memang sederhana dan terbaca. Tidak ada twist yang mencengangkan, apalagi cliffhanger ending. Akan tetapi dengan adanya Higher Purpose serta dikemas dalam sinematografi yang ciamik, Great Wall ini pantas untuk ditonton. 

Karakter dan Sinematografi
Saya jatuh cinta dengan kesederhanaan film ini. Siapa sangka, tanpa cerita berat dan pelik bahkan plot yang bak kacang goreng, Great Wall masih bisa dinikmati. Setiap pemeran mendapatkan porsi yang seimbang menurut saya. Setiap cast juga memerankan perannya dengan baik. Tidak ada karakter yang menonjol atau unik, all typical. No romance here, maybe a little hint but i'm glad Yimou didn't go there.
Graphic-nya bagus, terbilang realistis lah. Sudut yang diambil juga cantik. Gerakan-gerakan saat battle-pun diambil dengan rapi. Beberapa film sejenis terutama selalu mengedepankan bela diri khas negeri tirai bambu, tapi kali ini tidak. I'm amazed. 
Hal lain yang membuat saya jatuh cinta adalah costume design-nya. Ahh... can i have one? 

Overall, The Great Wall is very worth to watch. I give 8/10, because it reminded me so much of "Battle of Helm's Deep".

No comments:

Post a Comment