Wednesday, April 9, 2014

12 Years A Slave




Director : Steve McQueen
Screenplay : John Ridley
Music : Hans Zimmer
Cinematography : Sean Bobbit
Starring : Chiwetel Ejiofor, Michael Fassbender, Benedict Cumberbatch, Paul Dano, Paul Giamati, Lupita Nyong'o, Sarah Paulson, Brad Pitt, Alfre Woodard
Award : Oscar 2014 Best Motion Picture of The Year, Best Supporting Actress, Best Adapted Screenplay.

Synopsis
 Film ini berkisah tentang Solomon Northup, seorang pria bebas berkulit hitam dari New York yang terjebak dalam perbudakan. Kisah bermula ketika Solomon membantu sekelompok penghibur sebagai pemain biola yang menuju Washington.Suatu hari, Solomon mabuk berat dan ketika ia sadarkan diri, dia berada dalam sebuah ruangan dengan tangan dirantai. Seseorang masuk dan mengatakan bahwa Solomon adalah seorang budak.
Berbagai cara dilakukan Solomon untuk membuktikan bahwa ia pria bebas bukan budak belian, tapi tanpa surat tanda kebebasan dia tak berdaya. Selama 12 tahun Solomon menjadi budak di Virginia, berganti Tuan dan berganti pengalaman hidup. Sampai akhirnya dia bertemu dengan Mr. Bass seorang tukang kayu yang bersimpati pada budak-budak Mr. Epps, rekan kerjanya.

Review
Ini adalah film berdurasi panjang yang mendayu-dayu. Menggambarkan dengan penuh dan riil bagaimana kehidupan para budak di masa itu, lengkap dengan sedikit "gore" penyiksaan pada mereka. Sepertinya itulah yang membuat film ini menjadi jawara oscar 2014. Film ini berhasil menyuguhkan penonton sebuah tayangan yang membuat kita larut dan merasakan kepedihan Solomon.
Untuk seluruh cast saya acungi jempol, totalitasnya sangat terasa sampai-sampai saya berpikir "Apa yang ada dalam hati mereka saat memerankan tokoh-tokoh itu?" Terutama untuk Mr.Epps (Michael Fassbender) yang memerankan seorang sadistik, atau Patsey (Lupita Nyong'o) yang menjadi korban kekerasan Mr.Epps. No wonder ketika Lupita menjadi best supporting actress, scene-scene yang harus dia lakukan benar-benar membuat merinding pedih.
Untuk sinematografi dan screenplay saya juga acung jempol. Beauty shot-nya luar biasa. Pengambilan gambar dibuat se-minimal mungkin untuk memperlihatkan kekerasan pada para budak tapi cukup menggambarkan "beratnya" penyiksaan saat itu. Untuk sebuah film adaptasi, meski saya belum baca, sepertinya sudah mendetail dan saya katakan sukses mengadaptasi. Saya yakin cerita dalam bukunya jauh lebih detail lagi karena memang itu adalah true story, dan Solomon sendiri yang menulisnya.
All in all, memang seperti inilah film yang layak memenangkan Oscar. Film yang membuat penonton seolah bisa bersentuhan dengan realita dalam filmnya.

Download Indonesian Subtitle 
Translated by tante_inez
Sync and edited by Indowebster West Movie Subbing Team