Monday, December 19, 2016

Exam (2009)



Exam


Exam berscerita tentang sebuah perusahaan prestigius yang juga misterius sedang melakukan proses seleksi untuk mendapatkan karyawan baru di posisi managerial. Delapan orang terpilih untuk menghadiri ujian (exam) terakhir perusahaan tersebut. Mereka semua masuk dalam satu ruangan tertutup. Ditemani satu petugas keamanan bersenjata. Mereka diberi waktu 80 menit, untuk menyelesaikan satu pertanyaan. Salah seorang wakil perusahaan memberi para peserta selembar kertas dan pensil kemudian diberi 3 aturan, yaitu : dilarang berkomunikasi dengan petugas keamanan, dilarang merusak kertas dan dilarang meninggalkan ruangan. Para kandidat mulai kebingungan ketika mereka tidak menemukan pertanyaan yang harus mereka jawab. Kebingungan berubah menjadi panik setelah satu persatu kandidat mulai gugur dalam usaha mereka “mencoba” menjawab pertanyaan yang tidak mereka ketahui. Kandidat yang tersisa melakukan segala cara untuk mencari pertanyaan tersebut, ya, segala cara. Pada akhirnya hanya ada satu kandidat yang tersisa.

Storyline :
Exam mengangkat tema survival, not in a gore kind of way though. Dimana manusia sanggup melakukan apa saja untuk bertahan. Berbohong, menipu, memanipulasi bahkan membunuh (disengaja atau tidak). Delapan orang kandidat siap melakukan apa saja agar diterima perusahaan prestigius nan misterius ini. Setiap mereka memiliki motif tersendiri untuk bekerja di sana berdasarkan rumor yang beredar di media tentang perusahaan ini. Tak ada yang tahu pasti sebenarnya perusahaan ini bergerak dibidang apa atau siapa ownernya, bahkan pegawainya sendiri; yang ternyata adalah salah satu kandidat untuk posisi manajerial ini. Why go such length for that kind of uncertainty? Desperate? Yes!!
Tugas sederhana untuk menjawab sebuah pertanyaan kemudian menjadi konflik besar ketika mereka tak menemukan pertanyaan tersebut. Melihat kegagalan beberapa kandidat, kandidat yang tersisa create their own conspiracy theories as in why they caught up in that situation. Satu persatu mulai membentuk aliansi dan kemudian mereka “tersesat” dalam usaha mereka mencari si pertanyaan. Primal instinc mulai menguasai setiap kandidat, tak ada lagi sikap bermanis-manis, everyone is on edge. Ruangan tertutup itu somehow berubah fungsi dari area Exam menjadi arena survival hidup dan mati. Salah seorang karakter mengungkapkan pembenaran atas perilaku hostile-nya dengan menyatakan, “Aku lebih pantas mendapatkan pekerjaan ini karena aku sanggup melakukan apapun yang diperlukan untuk menyelesaikan tugasku.” Sesuai dengan tagline-nya “How far will you go to win the ultimate job?”

Plot
Perbedaan latar belakang pekerjaan setiap karakternya membuat film ini menjadi kaya. Kombinasi karakter-karakter ini berhasil diramu sedemikian rupa dan didukung oleh script yang pas sehingga   Setiap karakternya memiliki dasar pribadi yang kuat, sehingga setiap action mereka masuk akal, logis dan nyata. That, that kind of person could do such length.  dan para cast dapat memerankan dengan sempurna.
Film ini menyoroti basic instinct manusia. Raw emotion and desire dimunculkan untuk dapat menentukan kandidat terbaik dengan profil psikologi yang paling pas, yang “had what it takes” untuk posisi dalam perusahaan. Speaking in psychological way, that is a psychological test goal. But to go to such length, hingga mengungkap kedalaman pribadi sangat jarang terjadi. So, posisi ini pasti sangat-sangat penting. Tapi bisa saja ini hanya permainan sadis yang diciptakan pemimpin yang sakit jiwa. You know, macam The Hunger Games atau SAW hehehe.
The way people reacted to the employer’s stimuli is fun to watch. Penonton akan menduga-duga apa yang akan dilakukan oleh setiap karakternya. Selain itu, penonton akan digiring untuk memilih mana yang sebenarnya antagonis dan protagonist. Pilihan itupun berubah-rubah seiring dengan konflik yang muncul silih berganti.

Overall, saya memang suka dengan film seperti ini. Poinnya 7/10. Kesederhanaan plot (seleksi karyawan) dan kejeniusan sutradara memanfaatkan sebuah ruangan serta meramu konflik di dalamnya saya acungi jempol. Keren.


No comments:

Post a Comment