Monday, March 6, 2017

Little Big Lies Review

Little Big Lies by HBO

Menemukan serial ini adalah sebuah ketidaksengajaan buat saya. Ketika memang sedang binge watching serial bertema sejenis, muncullah judul ini dan nama Reese Whitersponn serta Nicole Kidman. Wow, nama besar film ada di sebuah mini seri, dan tentunya nama besar HBO pasti keren. Hal yang membuatnya menarik bagi saya, yaitu pertemuan tiga pemeran utama ini plus Alexander Skargaard. Tanpa ekspektasi apa-apa dan thrill karena nama besar mereka, jadilah saya nonton.
Sejak awal, ketika melihat nama orang-orang yang terlibat dalam produksinya, dalam hati saya tahu kalau serial ini akan kelam dan bermuatan psikologis. And its true. Awalnya memang agak membosankan melihat keseharian para ibu-ibu ini. Drama receh karena anak di sekolah yang dibesar-besarkan, is just to low. Tapi ternyata, memang tidak sesederhana itu. Setiap orang punya alasan untuk melihat masalah yang nampak kecil ini menjadi hal yang besar. 

Sinopsis
Ketika karakter ini Jane (Woodley), Madeline (Whiterspoon) dan Celeste (Kidman) berteman karena anak-anak mereka satu sekolah. Madeline membawa Jane masuk ke inner circle-nya karena drama hari pertama sekolah. Drama hari pertama sekolah, mendekatkan ketiga ibu ini. Amabella, seorang anak di kelas mengalami bullying dan ia menunjuk Ziggy (anak Jane) sebagai pelakunya. Kisahpun terbuka sedikit demi sedikit, latar belakang Ziggy yang tanpa ayah membuat Jane ragu dan goncang. Muncul keraguan bahwa Ziggy bisa jadi pelaku bullying. Sementara itu Madeline terus menguatkan Jane si mamah muda bahwa Ziggy tidak mungkin jadi pelakunya.
Di samping Jane, para ibu ini juga menghadapi pergelutannya masing-masing. Celeste dengan hubungan rumah tangga yang penuh kekerasan, Madeline pun bergulat dengan kepelikan hubungannya dengan mantan suaminya. Kericuhan dalam rumah tangga ini memuncak di malam pesta penggalangan dana sekolah. Di ketahuilah, akar masalahnya. Siapa ayah kandung Ziggy? Dapatkah Celeste lepas dari jeratan hubungan abusive-nya? Dapatkan Madeline akur dengan istri dari mantan suaminya? Siapakah yang mati di pesta tersebut? Hingga siapakah pelaku bullying pada Amabella.

Review
Plot 
Mini series ini buat saya sangat woman empowering, pantas saja cast-nya perempuan-perempuan hebat. Kisah Little Big Lies mengupas kelamnya pikiran seorang wanita. Bagaimana kebohongan kecil (little lies) digunakan untuk menutupi peristiwa atau masalah besar. Bagaimana seorang perempuan breakthrough dan kurungan masalahnya. 
Ada 4 tema besar tentang perempuan di sini. Ibu bekerja diperankan oleh Laura Dern; mantan wanita karir yang menjadi ibu rumah tangga dalam kehidupan rumah tangga yang penuh kekerasan oleh Nicole Kidman; Ibu rumah tangga yang mengalami separation anxiety dengan anaknya yang beranjak dewasa oleh Reese Whiterspoon; Single mother korban perkosaan oleh Shailene Woodley. Ke-empat ibu ini berjuang melawan kepelikan hidupnya. Di awali permusuhan, mereka akhirnya bersatu dengan perasaan senasib karena peristiwa pembunuhan yang mereka saksikan bersama. 
Para orang tua siswa menjadi saksi perseteruan mereka dari waktu ke waktu. Sampai tiba peristiwa pembunuhan, mereka merasakan kejanggalan ketika keempat ibu tersebut memberikan kesaksian serupa pada polisi. Setiap orang tua siswa punya dugaan akan siapa pelakunya dan apa motifnya. Hal ini diungkapkan dalam potongan interview dengan polisi di setiap episodenya. Akan tetapi berdasarkan kesaksian keempat ibu muda ini, pembunuhan tersebut adalah bentuk pembelaan diri. Pertanyaan sepanjang serial ini adalah siapa pelakunya? Apakah ini pembunuhan berencana atau bukan? Apa mereka sanggup melakukan pembunuhan, terlebih dengan kelamnya kehidupan mereka? Bisa jadi.
Sebenarnya dalam beberapa episode kita bisa tebak kok siapa ayah Ziggy. Clue-nya sangat jelas. No surprises at the end. Tapi yang menarik bukan itu. Meski endingnya terprediksi secara garis besar, ada twist yang bikin kita melongo. Seriously, i'm in awe. 

Karakter
Saya hanya bisa bilang "well played" dengan aktris se-kaliber mereka, akting dan pendalaman karakter di film ini "as expected". Dengan seketika kita akan masuk dan mendalami setiap karakter ibu-ibu ini dengan mudah. Buat saya akting terbaik jatuh ke Nicole Kidman dan Peter Skarsgaard. Peran sulit yang dieksekusi dengan baik, as expected. Mereka bisa menunjukkan akting brilian pada perubahan sikap bengis ke penuh cinta dalam waktu sangat singkat. Entah berapa take yang dibutuhkan, tapi hasilnya luar biasa. No wonder karakter Celeste diperankan oleh Nicole. 
Lain lagi kalau bicara karakter favorit, buat saya dia adalah Madeline Mackenzie yang diperankan oleh Reese. Karakter yang paling jelas mendeskripsikan ibu rumah tangga. Ibu yang dilanda segala macam kecemasan akan anak remajanya, ke-stagnan-an rumah tangga, sekaligus usaha mencari kesibukan agar perhatiannya dari masalah-masalah itu teralihkan. Madeline adalah karakter yang sangat membumi dan jamak. 

Setting
Bersetting di Monterey, dengan pemandangan pantai, deburan ombak kencang menghantam karang kita dibawa pada dimensi bahwa alam atau nature itu keras. Sementara kondisi sekolah serta rumah yang hangat seolah menyembunyikan kerasnya nature. It reminds me so much of "Revenge" tv series, kelamnya dan twistednya.
Beauty shot-nya benar-benar cantik. Pemotongan gambarnya pun enak. Adegan-adegan disusun dan di ambil dengan hati-hati, benar-benar membuat penonton terhanyut dalam sendu, pedih, takut serta kekhawatiran para karakter. Tanpa dialog, scene-nya sudah bernyawa. Keren.

Overall 
Mini seri ini agak shocking sih buat saya, in a good way. Kalau di kasih skor mungkin 9/10 karena temanya yang women empowering serta cast-nya yang keren abis. Saya nggak yakin dengan script yang demikian akan bisa di deliver sedemikian rapih kalau bukan oleh aktor and aktris sekelas mereka. This is just brilliant.

Monday, January 16, 2017

Black Mirror

 Black Mirror


Serial satu ini direkomendasikan seorang teman, adik kelas di kampus, a fellow blogger Coklat dan Hujan. Nggak ada ekspektasi apa pas nonton karena memang nggak dikasih spoiler. Actually, awalnya dititipin download aja sama dia, terus pas ditanya serialnya gimana, dia jawab 'rame'. Well, berhubung sedang butuh tontonan lain yang agak beda, jadi memutuskan untuk nonton. Hasilnya? Waaayyy too real to the point of scaring. Bukan, ini bukan horor kok.
Black Mirror is an exaggerated version of modern life. Hence the title Black - Mirror (cermin hitam). It depict our everyday life so perfectly...in a way. Mencoba untuk memunculkan ke-semu-an kehidupan modern, termasuk dengan kemajuan teknologinya. Buat saya kontennya more graphic than porn, so to speak. No, its no porn. Serial ini sarat makna kalau kita bisa membandingkannya dengan kehidupan sekarang. Untuk kalian yang nggak suka film yang kebanyakan percakapan dan bikin mikir, you might want to skip this.

Storyline and Plot
Perlu diketahui Black Mirror memiliki cerita dan karakter yang berbeda pada setiap episodenya. Meski begitu, semuanya memiliki benang merah yang sama yaitu Mirroring atau mencerminkan kehidupan masa kini. Membahas kesemuan hidup karena perkembangan teknologi. Mengupas hal-hal yang terkesampingkan atau malah menjadi masalah saking canggihnya teknologi. Seperti sosial media, cloud storage, online gaming, dst. Black Mirror menghadirkan sebuah cerita yang menyentuh salah satu tema pada setiap episodenya. Mulai dari politik, industri hiburan hingga kehidupan pribadi.
Musim tayang pertama bertema politik, industri hiburan, dan hubungan pernikahan. Masing-masing satu episode.
Di episode pertama bercerita tentang ancaman pada Perdana Menteri Inggris. Si pelaku menculik putri kerajaan sebagai alat untuk memaksa Perdana Menteri melakukan keinginannya. Permintaan penculik ini begitu mencengangkan dan membuat geger seluruh dunia. Pihak pemerintahan Inggris berusaha menutup rapat kasus ini tetapi, sang penculik mengunggah video ancamannya di sosial media yang bisa diakses bebas dan dalam hitungan menit saja, sudah menyebar ke se-antero kerajaan. Singkat cerita, si Perdana Menteri dengan berat hati melakukan permintaan si pelaku demi kebebasan sang Putri yang begitu dipuja rakyatnya. Tak lama sang Putri pun terlihat di tempat keramaian. Sementara kemudian, si pelaku ditemukan menggantung dirinya.
Episode pertama ini menggambarkan betapa kuatnya pengaruh media sosial. Sosok perdana menteri dan kekuatan kerajaanpun tak sanggup membendung penyebaran berita. Diluar itu, detail bagaimana pihak pemerintahan mencoba memanipulasi media untuk mencegah penyebaran serta bagaimana media 'melakukan apapun' demi 'kesegaran' dan 'keterbaruan' berita mereka menjadi cermin atau bahkan pencerminan untuk kehidupan masyarakat masa kini. Tak lupa dengan reaksi masyarakat sendiri, pro-kontra sudah sewajarnya. Itulah yang menggiring Perdana Menteri mengambil sikap atau mungkin sebaliknya hehehe, who knows.

Spoilernya segitu aja ya, selebihnya nonton sendiri. Saat ini sedang menginjak musim ke-4. No worries, satu musim tayang hanya 3-4 episode saja dengan durasi masing-masing episode hanya 40-50 menit. Its less than Sherlock, way less but its good. So, check it please. Black Mirror bisa menjadi semacam eye opener. Terlepas dari benar atau nggaknya, toh ini cuma film hehehe. Banyak hal yang bisa dipetik. Bagaimana memposisikan diri kita dalam masyarakat, how to handle a social media (our own post or others). Yang paling penting adalah, people remember, good or bad is relative. Society has its own moral code, to follow or not to is a choice we have to make everyday to determine our place. Do you want this world to be a better place or simple a peaceful one? Pertanyaan yang filosofis, sangat mendasar bukan? Di tengah hiruk pikuk kehidupan dan perkembangan teknologi, kira-kira pertanyaan itu yang ingin di jawab dengan Black Mirror. Buat saya 9/10 nilainya.



Season 1
Season 2 + White Christmast Edition
Season 3

pass if needed : BlackMirrorbyTante_Inez


Monday, January 2, 2017

The Beauty Inside (2014)

The Beauty Inside

Ini adalah film/movie produksi Korea Selatan. Pemeran utamanya adalah Han Hyo-joo dan karakter pria bernama Woo-jin yang diperankan oleh banyak pemain. Aneh kah? Nah, inilah yang membuat saya tertarik untuk membuat review. Film ini terinspirasi dari mini seri berjudul sama "The Beauty Inside" produksi Amerika. Kabarnya film ini juga akan di remake lagi tahun 2017 ini, dengan Emilia "Khaleesi"Clarke sebagai pemeran utama wanitanya.

Sinopsis
Woo-jin adalah anomali. Entah kutukan atau kekuatan super namanya, yang pasti Woo-jin setiap bangun dari tidurnya akan menjadi sosok yang berbeda. Ini bukan identity disorder atau kepribadian ganda seperti di film Split ya, tapi maksudnya berubah secara fisik. Perisitiwa ini dimulai 18 tahun yang lalu dan tetiba saja terjadi. Sejak saat itu, Woo-jin secara fisik berubah-rubah menjadi pria, wanita, tua, muda bahkan orang asing atau ekspat. 10 tahun lebih ia menjalani hidup dan harus menyesuaikan diri sesuai dengan penampilah fisiknya. Kondisinya ini tak lagi menjadi masalah hingga ia bertemu Yi-Soo. Yi-Soo telah mengalihkan dunianya. Sejak pandangan pertama, ia sudah jatuh hati.
Mengutip perkataan Woo-jin, "Orang bilang kecantikan itu ada dalam diri, tapi kesan pertama tetaplah penting." Butuh waktu bagi Woo-jin untuk memperkenalkan dirinya sebagai Woo-jin. Entah berapa kali ia berganti rupa demi menemukan wajah yang bisa memberikan kesan terbaik pada Yi-Soo. Selama itu pula ia menemui Yi-Soo di tempat kerjanya. Sosok Yi-Soo pun semakin memikat dirinya. Sikap Yi-Soo yang manis dan ramah pada setiap pelanggan, tanpa terkecuali. Dalam hatinya, Woo-jin berharap Yi-Soo akan tetap seperti itu. Bersikap sama padanya meskipun wujudnya berganti-ganti.
Singkat cerita moment of truth pun datang. Momen di mana Woo-jin mengatakan kondisinya pada Yi-Soo. Apakah Yi-Soo menerimanya? Well, pastinya, meski tidak mudah. That is how good she is. Ternyata kondisi unik Woo-jin ini berdampak pada aspek kehidupan yang lain, terutama kehidupan sosial mereka. Ketika dunia hanya milik berdua, perubahan wujud Woo-jin bukanlah masalah. Tapi ketika berkenaan dengan orang lain...ketika orang lain mendeskripsikan orang yang berbeda tentang kekasihnya, nama baik pun terancam. Lalu, apakah mereka akan bisa bertahan?

Review
Plot
Alur ceritanya sederhana dengan sisipan flash back diantaranya. Setiap konflik dibuka dan disajikan dengan rapi. Sangat mudah bagi penonton untuk menikmati laju alurnya dan terhanyut dalam emosi para tokoh. Sayangnya di film berdurasi 2 jam ini, asal muasal kondisi Woo-jin tidak di eksplor lebih dalam. Jadinya film ini bisa dibilang full drama romantis yang benar-benar fokus pada romantisme Woo-jin dan Yi-Soo. I wish there are more explanation about his condition.
Film ini mengingatkan saya pada The Light Between The Ocean dalam penyampaiannya, tapi film ini masih di bawah itu dalam penyajiannya.Tempo yang lambat dengan narasi inner voice tokoh, serta scene-scene tanpa dialog yang cukup banyak membuatnya sedikit membosankan sampai-sampai nyaris ketiduran. Bukan karena jelek atau gimana, hanya banyak scene tanpa dialog aja ditambah durasi yang cukup panjang.

Cast and Character
Saya rasa tantangan pembuatan film ini ada di sini. Untuk membuat continuity atau keberlanjutan karakter serta chemistry antar karakter tidaklah mudah. Pendalaman aktor akan sebuah karakter tentu akan berbeda. Meski hanya mengucapkan beberapa kalimat dialog, setiap kata dan cara bicara haruslah serupa untuk karakter Woo-jin. Terlepas dari kekurangan disana-sini, buat saya cukup bagus hingga saya tidak terganggu dengan perbedaan dari banyaknya orang yang memainkan karakter tersebut.
Lain Woo-jin, lain juga Yi-Soo. Han Hyo-joo diharuskan untuk beradu akting dengan banyak orang yang memerankan Woo-jin. Dan dia berhasil mengelola aktingnya sedemikian rupa sehingga memiliki kedalaman yang sama pada aktor/aktris yang memerankan Woo-jin. Sungguh, Hyo-joo berhadapan dengan orang tua, anak-anak, pria maupun wanita. Dan dia bisa menunjukkan afeksi serta intimacy yang sama. It's something. Entah butuh berapa take atau berapa waktu untuk menyesuaikan kedalaman itu pada setiap take-nya. Pokoknya hasilnya memuaskan.
Berhubung namanya juga film, kedua karakter ini sangat tidak realistis sih. Its just feeding your sucker for romance at heart. Hehe.

Overall
Dari segi cerita, sebenarnya sederhana dan cukup jamak karena genre-nya yang drama romantis. Hanya konflik pada  karakter yang bisa berubah wujud saja yang membuatnya menarik. Saya cukup menikmati film ini saat menonton, tapi di beberapa bagian cukup banyak scene tanpa dialog yang monton. Bintang untuk film ini adalah Han Hyo-joo, no question on that. She executed her character prefectly. Kalau mau dikasih rating, 6/10 deh.

Streaming Sites
Versi Korea (2014) | Download Subtitle Bahasa Indonesia - Mirror |
Versi Amerika (2012) | Download Subtitle Bahasa Indonesia - Mirror

Monday, December 26, 2016

My Wife's Having An Affair This Week Review

My Wife's Having An Affair



Drama dari Korea Selatan ini berkisah tentang Affair, sesuai judulnya. Ya, benar. Perselingkuhan jadi tema utama. Pengemasannya cukup menarik karena dibalut komedi segar tanpa melepas sisi dramatisnya. Kita langsung bahas aja.

Synopsis
Do Hyun-Woo adalah seorang produser yang sudah menikah 10 tahun. Istrinya Jung Soo-Yeo, adalah seorang ibu bekerja. Mereka memiliki satu orang anak bernama Do Joon-So. Suatu hari Hyun-Woo mempertanyakan kesempurnaan istrinya, adakah wanita yang begitu sempurna tanpa cela? Ibu bekerja dengan rumah yang tertata rapi, pandai memasak, melayani suami dengan baik dan santun pada mertua. Ia pun merasa ada yang tidak beres dibalik kesempurnaan itu hingga mencurigai adanya pria idaman lain. Ia mencoba menampik pemikirannya itu tetapi bukti-bukti bermunculan dan semakin memperkuat kecurigaannya. Tak tahu harus bicara dengan siapa, ia pun curhat di sebuah forum dunia maya dengan menutupi identitasnya. Dari forum tersebut ia mendapatkan banyak saran termasuk cacian dan makian. Berdasarkan saran dari para user forum, Hyun-Woo ingin memastikan kecurigaannya dan melakukan berbagai hal. Dan memang terbukti, sang istri selingkuh.

Selain Hyun-Woo, Choi Yoon-Ki pria mata keranjang yang juga teman Hyun-Woo juga pelaku perselingkuhan. Hyun-Woo mendapatkan informasi "ciri-ciri selingkuh" dari apa yang dilakukan Yoon-Ki pada istrinya. Bagaimana dia mengatur waktu bertemu dengan teman wanitanya, hingga berani selingkuh di depan mata sang istri, Eun A-Ra. A-Ra mencoba menutup mata dan bersabar menjalani pernikahan dengan si hidung belang hingga suatu hari A-Ra tak tahan lagi dan membalas dendam pada Yoon-Ki kemudian mencampakkannya.

Lain lagi dengan kisah Ahn Joon-Young dan Kwon Bo-Young. Keduanya rekan kerja yang tersandung masalah pernikahan. Bo-Young adalah penulis skenario yang bercerai setelah beberapa hari menikah. Sementara Joon-Young tampak berada dalam pernikahan bahagia dengan istri yang sempurna. Ternyata, kisah Joon-Young lebih kelam lagi. Keduanya tak ingin terlibat 'affair' dengan satu sama lain, tetapi apa daya kalau hati berkehendak lain. Apakah mereka benar-benar melakukan 'affair'?

Review
Plot
Grand plot drama ini adalah relationship. Problematika hubungan yang terkait pernikahan. Komposisi drama dan komedinya bisa dibilang bagus. Sehingga drama ini tidak terlalu membosankan. Beberapa hal yang dramatis malah dibalut dengan komedi, jadinya terasa segar tanpa kehilangan esensi dramanya. Hal ini juga membuat scene tertentu menjadi begitu menyentuh, membuat saya berurai air mata. Kepolosan anak pada Joon-So, serta kesabaran A-Ra begitu mengena di hati.
Twist yang disajikan juga cukup mengejutkan. Drama ini berhasil membuat sosok sempurna Soo-Yeo menjadi antagonis. Di tambah dengan plot yang campuran (maju-mundur) serta sinematografi yang apik melengkapi semuanya. Mungkin di episode awal agak kurang hooked atau tertarik dan terasa membosankan, well...bear with it, episode berikutnya will get you hooked.
Akan tetapi, buat saya endingnya anti-klimaks. Setelah emosi dibawa turun naik, endingnya agak kurang nendang. Is it a happy ending? Bisa ya, bisa juga tidak tergantung sudut pandangnya. I think it would be better to end it with a kiss or  a hug.

Cast and Character
Bicara tentang cast, rasanya sudah tepat. Para aktor memainkan perannya dengan baik. Karena tokoh utamanya adalah Hyun woo, Lee Sun-Kyun benar-benar berhasil menggambarkan suami menderita yang putus asa tapi juga penyayang dan bertanggung jawab. Kita sungguh dapat merasakan frustrasi yang dialaminya, merasakan kekesalannya dan memahami perilaku-perilaku bodohnya dan kesal karenanya.
Entah dengan penonton yang lain, tapi yang menarik dan bintang buat saya di drama ini adalah Soo-Yeo yang diperankan oleh Song Ji-Hyo. Akting Ji-Hyo begitu luar biasa hingga saya begitu membenci dan kesal pada Soo-Yeo meskipun dia sosok yang sempurna. Bahkan di saat-saat Soo-Yeo dalam kesulitan atau menderita, saya tetap kesal padanya. Sampai endingpun kekesalan itu masih ada meski sudah berkurang. Soo-Yeo termasuk salah satu tokoh utama tapi frekuensi kemunculannya jauh di bawah Hyun-Woo. Kebayang, kan? Dengan frekuensi yang tidak terlalu sering muncul tapi kesannya sangat kuat. Keren banget!
Bicara tentang karakter, favorit saya adalah Kwon Bo-Young yang diperankan oleh BoA. Bo-Young memiliki karakter yang kuat, keras kepala, tegar tapi juga penyayang. Bo-Young ini cukup menginspirasi, karakter yang woman-empowering pokoknya.

Overall 
Saya ini bukan penggila kdrama apalagi kpop dan bisa dibilang cukup selektif akan drama-drama yang saya tonton. Secara keseluruhan saya suka drama ini dan would definitely watch it again. Nilainya 8/10 deh. Nilainya nggak sempurna karena endingnya dan konten dramanya yang agak kurang. Yes, di beberapa bagian ada scene yang kurang dramatis jad kurang gereget. Tapi mungkin sengaja dibuat begitu biar hal-hal sederhana bisa terasa lebih manis. Ini hanya masalah selera aja sih. Untuk segi cerita dan tontonan, buat saya very enjoyable. Nonton drama ini membuat kita lebih peka dan menghargai hal-hal sederhana serta pay attention to it.

Monday, December 19, 2016

Exam (2009)



Exam


Exam berscerita tentang sebuah perusahaan prestigius yang juga misterius sedang melakukan proses seleksi untuk mendapatkan karyawan baru di posisi managerial. Delapan orang terpilih untuk menghadiri ujian (exam) terakhir perusahaan tersebut. Mereka semua masuk dalam satu ruangan tertutup. Ditemani satu petugas keamanan bersenjata. Mereka diberi waktu 80 menit, untuk menyelesaikan satu pertanyaan. Salah seorang wakil perusahaan memberi para peserta selembar kertas dan pensil kemudian diberi 3 aturan, yaitu : dilarang berkomunikasi dengan petugas keamanan, dilarang merusak kertas dan dilarang meninggalkan ruangan. Para kandidat mulai kebingungan ketika mereka tidak menemukan pertanyaan yang harus mereka jawab. Kebingungan berubah menjadi panik setelah satu persatu kandidat mulai gugur dalam usaha mereka “mencoba” menjawab pertanyaan yang tidak mereka ketahui. Kandidat yang tersisa melakukan segala cara untuk mencari pertanyaan tersebut, ya, segala cara. Pada akhirnya hanya ada satu kandidat yang tersisa.

Storyline :
Exam mengangkat tema survival, not in a gore kind of way though. Dimana manusia sanggup melakukan apa saja untuk bertahan. Berbohong, menipu, memanipulasi bahkan membunuh (disengaja atau tidak). Delapan orang kandidat siap melakukan apa saja agar diterima perusahaan prestigius nan misterius ini. Setiap mereka memiliki motif tersendiri untuk bekerja di sana berdasarkan rumor yang beredar di media tentang perusahaan ini. Tak ada yang tahu pasti sebenarnya perusahaan ini bergerak dibidang apa atau siapa ownernya, bahkan pegawainya sendiri; yang ternyata adalah salah satu kandidat untuk posisi manajerial ini. Why go such length for that kind of uncertainty? Desperate? Yes!!
Tugas sederhana untuk menjawab sebuah pertanyaan kemudian menjadi konflik besar ketika mereka tak menemukan pertanyaan tersebut. Melihat kegagalan beberapa kandidat, kandidat yang tersisa create their own conspiracy theories as in why they caught up in that situation. Satu persatu mulai membentuk aliansi dan kemudian mereka “tersesat” dalam usaha mereka mencari si pertanyaan. Primal instinc mulai menguasai setiap kandidat, tak ada lagi sikap bermanis-manis, everyone is on edge. Ruangan tertutup itu somehow berubah fungsi dari area Exam menjadi arena survival hidup dan mati. Salah seorang karakter mengungkapkan pembenaran atas perilaku hostile-nya dengan menyatakan, “Aku lebih pantas mendapatkan pekerjaan ini karena aku sanggup melakukan apapun yang diperlukan untuk menyelesaikan tugasku.” Sesuai dengan tagline-nya “How far will you go to win the ultimate job?”

Plot
Perbedaan latar belakang pekerjaan setiap karakternya membuat film ini menjadi kaya. Kombinasi karakter-karakter ini berhasil diramu sedemikian rupa dan didukung oleh script yang pas sehingga   Setiap karakternya memiliki dasar pribadi yang kuat, sehingga setiap action mereka masuk akal, logis dan nyata. That, that kind of person could do such length.  dan para cast dapat memerankan dengan sempurna.
Film ini menyoroti basic instinct manusia. Raw emotion and desire dimunculkan untuk dapat menentukan kandidat terbaik dengan profil psikologi yang paling pas, yang “had what it takes” untuk posisi dalam perusahaan. Speaking in psychological way, that is a psychological test goal. But to go to such length, hingga mengungkap kedalaman pribadi sangat jarang terjadi. So, posisi ini pasti sangat-sangat penting. Tapi bisa saja ini hanya permainan sadis yang diciptakan pemimpin yang sakit jiwa. You know, macam The Hunger Games atau SAW hehehe.
The way people reacted to the employer’s stimuli is fun to watch. Penonton akan menduga-duga apa yang akan dilakukan oleh setiap karakternya. Selain itu, penonton akan digiring untuk memilih mana yang sebenarnya antagonis dan protagonist. Pilihan itupun berubah-rubah seiring dengan konflik yang muncul silih berganti.

Overall, saya memang suka dengan film seperti ini. Poinnya 7/10. Kesederhanaan plot (seleksi karyawan) dan kejeniusan sutradara memanfaatkan sebuah ruangan serta meramu konflik di dalamnya saya acungi jempol. Keren.